Cilegon, 01 Agustus 2025, Refelksi Kepemimpinan Sekolah Penggerak dengan Fasiltator Ibu Hj.Mulyati, M. Pd Bersama dengan Kepala Sekolah dan Pengawas yang menjadi Binaanya melakukan Refleksi melalui Daring dengan Serisu dan penuh dengan Keakraban. Bahasan yang di angkat lebih kepada Komptensi Kepala Sekolah Yakni;

Model Kompetensi KS Perdirjen 7327/2023

1. Kompetensi Kepribadian

Kemampuan Kepala Sekolah dalam menunjukkan kualitas diri melalui kematangan moral, emosi, dan spiritual untuk berperilaku sesuai dengan kode etik, pengembangan diri melalui kebiasaan refleksi, dan memiliki orientasi berpusat pada peserta didik.

2. Kompetensi Sosial

Kemampuan Kepala Sekolah untuk memberdayakan warga satuan  pendidikan berkolaborasi dengan warga satuan pendidikan dan masyarakat, serta terlibat dalam organisasi profesi dan jejaring yang lebih luas untuk peningkatan kualitas satuan pendidikan.

3. Kompetensi Profesional

Kemampuan Kepala Sekolah untuk mengembangkan visi dan budaya belajar satuan pendidikan, menerapkan kepemimpinan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, serta mengelola sumber daya secara efektif, transparan, dan akuntabel.

Pada Kegiatan Tersebut Setiap Peserta Dariing Menyampaikan hal hal hasil Kegiatan pada Kepemimpinan yang sebelum telah dilaksankan pada Loka karya, Setiap Guru, Kepsek, dan Pengawas di minta untuk Menilai diri sendiri terkait Level Komtensi, Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas, Hampir seluruh Peserta di jawag pada Level 4 dengan Berbagai Alasan

Uraian Terhadap Komptensi Kepala Sekolah sbb

5 Konsep Inti

1.Kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran (instructional leader)

2.Budaya refleksi, evaluasi kinerja, rencana pengembangan diri, dan pengembangan profesional  pendidik

3.Perencanaan berbasis data

4.Kepemimpinan bersama (shared leadership)

5. Pendekatan berbasis aset (asset-based approach)

1. KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN

Kepemimpinan Pembelajaran adalah kepemimpinan yang mendukung perkembangan proses belajar mengajar.

Kepemimpinan pembelajaran kepala sekolah akan memberi dampak pada kualitas hasil belajar siswa melalui berbagai strategi yang diterapkan oleh kepala sekolah untuk mempengaruhi pada proses belajar mengajar di kelas.

Dalam peran ini, kepala sekolah memberdayakan dan melibatkan berbagai elemen dalam ekosistem sekolah sehingga semuanya bekerja sama untuk memastikan siswa mendapatkan pendidikan yang optimal dan berkembang secara holistik, baik dalam aspek rasa, karsa, maupun cipta.

Sebagai pemimpin pembelajaran, kepala sekolah selalu mempertimbangkan dampak dari kebijakan, program, dan praktik yang diterapkan terhadap pengalaman dan hasil belajar siswa. Setiap keputusan, mulai dari alokasi anggaran hingga pemilihan strategi pengajaran, harus mempertimbangkan sejauh mana keputusan tersebut akan meningkatkan kualitas pembelajaran.

2. BUDAYA REFLEKSI, EVALUASI KINERJA, RENCANA PENGEMBANGAN DIRI,  DAN PENGEMBANGAN PROFESIONAL

BUDAYA REFLEKSI

Di bagian ini, kita membahas tentang langkah-langkah strategis yang perlu dilakukan kepala sekolah untuk mencapai tujuannya. Yaitu, memastikan terjadinya proses pembelajaran yang berkualitas di lingkungan sekolah.

Sebelum masuk ke dalam pembahasan, mari renungkan beberapa pertanyaan pemantik berikut ini:  “Kami tidak belajar dari pengalaman, kami belajar dari merefleksikan pengalaman.”

Salah satu faktor krusial untuk mencapai sekolah yang kita inginkan adalah kualitas para pendidiknya. Kita ingin mewujudkan pendidik yang reflektif, suka belajar, berbagi, dan berkolaborasi di sekolah-sekolah kita. Kepala sekolah memiliki tanggung jawab untuk memastikan tujuan ini tercapai.

Salah satu strategi yang dapat digunakan oleh kepala sekolah untuk mendukung perkembangan para pendidik adalah menciptakan lingkungan yang mendorong terbentuknya budaya refleksi, melaksanakan evaluasi kinerja yang konstruktif yang melibatkan mereka, serta memberikan umpan balik yang berbasis data untuk membantu pendidik dalam merencanakan pengembangan diri yang sesuai dengan kebutuhan.

Selain itu, kepala sekolah dapat menyusun rencana pengembangan profesional yang disesuaikan dengan data dan kebutuhan para pendidik, sehingga dapat memberikan dampak positif pada proses pembelajaran di ruang kelas. Mari kita bahas satu per satu.

Mari kita bahas tentang budaya refleksi di sekolah.

Dengan menerapkan budaya refleksi yang berkelanjutan, kepala sekolah mendorong pendidik untuk terus menilai dan memperbaiki praktik pengajaran mereka. Refleksi ini memungkinkan pendidik untuk mengenali kekuatan dan area yang perlu ditingkatkan, yang menjadi dasar bagi mereka dalam menetapkan tujuan pengembangan profesional.  Pendidik akan memiliki kemandirian untuk bertumbuh menjadi pendidik yang lebih baik dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, kepala sekolah tidak menjadi otoritas tunggal sehingga  pendidik hanya mengharapkan umpan balik dan evaluasi dari kepala sekolah. Kepala sekolah seharusnya memberdayakan pendidik untuk mandiri dalam meningkatkan kualitas mendorong mereka untuk secara konsisten merefleksikan praktik pengajaran mereka

Evaluasi Kinerja

Setelah budaya refleksi terbentuk, strategi berikutnya adalah dengan melakukan evaluasi kinerja yang dilakukan secara berkala untuk memberikan pandangan yang objektif tentang pencapaian dan tantangan yang dihadapi oleh para pendidik.

Salah satu kegiatan penting yang perlu dilakukan oleh kepala sekolah dalam rangkaian evaluasi kinerja adalah kegiatan supervisi akademik. Supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan dengan tujuan membantu guru mengembangkan kemampuannya dalam mengelola proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kompetensi pedagogik dan profesional, yang muaranya kepada peningkatan mutu lulusan peserta didik (Glickman:2007).

Menurut Sergiovanni (dalam Depdiknas, 2007: 10), ada tiga tujuan supervisi akademik, yaitu:

  1. Pertumbuhan: setiap individu melihat supervisi sebagai bagian dari daur belajar bagi pengembangan performa sebagai seorang guru
  2. Perkembangan: supervisi mendorong individu dalam mengidentifikasi dan merencanakan area pengembangan diri
  3. Pengawasan: sarana dalam monitoring pencapaian tujuan pembelajaran.

Idealnya ketiga tujuan itu dicapai dari kegiatan supervisi akademik sehingga akan mengubah perilaku mengajar guru. Melibatkan guru dalam proses ini adalah sangat penting, misalnya dengan mendengarkan masukan mereka, memberi mereka ruang untuk berbagi ide dan saran, serta mempertimbangkan perspektif dan kebutuhan mereka dalam perencanaan.

Rencana Pengembangan Diri Pendidik

Rencana pengembangan diri pendidik yang dirancang berdasarkan refleksi dan evaluasi kinerja ini memiliki dampak langsung pada kualitas pembelajaran murid. Refleksi pendidik terhadap pengalaman pengajaran menjadi bagian penting dari proses penyusunan rencana pengembangan diri pendidik. Sebab, ketika pendidik menulis refleksi, mereka sedang mempertimbangkan secara kritis pengalaman, mengidentifikasi pembelajaran yang berharga, dan merencanakan langkah-langkah untuk perbaikan di masa depan.

Selain mengacu pada refleksi pendidik, rencana pengembangan diri pendidik juga mengacu pada dokumen evaluasi kinerja, yang menggambarkan pendidik memahami kekuatan dan area yang perlu ditingkatkan dalam praktik mereka. Hasil refleksi dan evaluasi kinerja ini menjadi dasar untuk merancang rencana pengembangan profesional diri  yang relevan dan bermakna.

Rencana pengembangan diri pendidik mencakup langkah-langkah konkret yang akan dilakukan oleh pendidik untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan, dan praktik mereka.  Pendidik juga perlu menyelaraskan rencana pengembangan dirinya dengan tujuan pembelajaran siswa dan kebutuhan sekolah.

Dengan demikian, rencana pengembangan profesional diri yang mengacu pada evaluasi kinerja dan refleksi akan memberikan landasan yang kokoh bagi pertumbuhan dan perkembangan berkelanjutan para  pendidik dalam mendukung keberhasilan siswa.

RENCANA PENGEMBANGAN DIRI PENDIDIK

  1. Perancangan
    Rencana pengembangan diri pendidik dirancang berdasarkan refleksi dan evaluasi kinerja
  2. Acuan
    Mengacu pada dokumen evaluasi kinerja dimana pendidik memahami kekuatan dan area yang perlu ditingkatkan dalam praktik mereka.
  3. Dasar

Hasil refleksi dan evaluasi kinerja ini menjadi dasar untuk merancang rencana pengembangan profesional diri yang relevan dan bermakna.

4. Langkah Konkret

Mencakup langkah-langkah konkret yang akan dilakukan oleh pendidik untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan, dan praktik mereka.

5 Penyelarasan

pendidik juga perlu menyelaraskan rencana pengembangan dirinya dengan tujuan pembelajaran siswa dan kebutuhan sekolah

Pengembangan Profesionalisme Pendidik

Kepala sekolah bertanggung jawab dalam merancang program pengembangan profesional pendidik berdasarkan evaluasi kinerja pendidik dan rencana pengembangan profesional diri para pendidik yang telah disusun sebelumnya.

Dengan demikian, program pengembangan profesional ini dirancang dengan mempertimbangkan konteks dan kebutuhan sekolah dan juga perkembangan terbaru dalam pendidikan. Dengan mengikuti program ini, pendidik dapat mendapatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan baru untuk diterapkan ke dalam praktik kelas sehari-hari dan pada akhirnya meningkatkan kualitas pengajaran mereka.

Pengembangan Profesional

  • Dirancang berdasarkan evaluasi kinerja pendidik dan rencana pengembangan profesional diri para pendidik yang telah disusun sebelumnya.
  • Mempertimbangkan konteks dan kebutuhan sekolah dan juga perkembangan terbaru dalam pendidikan.
  • Tujuannya agar pendidik mendapatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan baru untuk diterapkan ke dalam praktik kelas sehari-hari untuk meningkatkan kualitas pengajaran mereka.
  • Pada akhirnya meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.

3. PERENCANAAN BERBASIS DATA

Kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran bertanggung jawab untuk membuat keputusan yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran siswa berdasarkan pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan sekolah dan hasil pembelajaran siswa.

Oleh karena itu, dibutuhkan perencanaan berbasis data dalam mendukung kepala sekolah mengelola sekolah secara efektif. Dengan menggunakan data yang relevan, seperti hasil tes siswa, evaluasi kinerja pendidik, dan umpan balik siswa, kepala sekolah dapat mengidentifikasi tren dan pola yang memerlukan perhatian khusus.

Selain itu, data juga membantu kepala sekolah dalam merencanakan intervensi atau program pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan sekolah secara keseluruhan. Dengan demikian, perencanaan berbasis data membantu kepala sekolah untuk membuat keputusan yang lebih baik dan lebih terarah, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pendidik di sekolah.

Salah satu data yang sangat berharga yang dimiliki oleh sekolah di Indonesia adalah rapor pendidikan sebagai hasil dari program Asesmen Nasional.

Mengapa Perencanaan Berbasis Data?

Kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran bertanggung jawab membuat keputusan berdasarkan pemahaman tentang kebutuhan sekolah

Data yang relevan, seperti hasil penilaian siswa, evaluasi kinerja pendidik, dan umpan balik siswa, membantu kepala sekolah merencanakan intervensi atau program pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan sekolah.

PBD membantu kepala sekolah untuk membuat keputusan yang lebih terarah untuk meningkatkan kualitas  pendidik, proses pembelajaran, dan pada akhirnya hasil belajar siswa.

Salah satu data yang sangat berharga yang dimiliki oleh sekolah di Indonesia adalah rapor  pendidikan sebagai hasil dari program Asesmen Nasional.

Data apa lagi yang bisa digunakan oleh kepala sekolah?

4. KEPEMIMPINAN BERSAMA (SHARED LEADERSHIP)

Kepemimpinan bersama adalah pendekatan yang sangat sejalan dengan konsep kepemimpinan pembelajaran di sebuah sekolah karena menekankan pada kolaborasi dan partisipasi dari semua anggota komunitas sekolah.

Kepala sekolah memastikan bahwa setiap anggota komunitas sekolah, mulai dari siswa, pendidik, staf administrasi, hingga orang tua dan masyarakat sekitar merasa dihargai dan berkontribusi aktif dalam proses pendidikan.

Pemimpin dalam sebuah organisasi, termasuk sekolah, memang biasanya hanya satu orang, yakni kepala sekolah, yang memimpin seluruh warga sekolah. Namun, kepemimpinan dalam dunia pendidikan tidak bisa lagi hanya mengandalkan satu sosok otoritatif di puncak struktur organisasi.

Walaupun dalam struktur organisasi, kepala sekolah biasanya berada di posisi tertinggi, memimpin beberapa wakil kepala sekolah dan bagian lainnya sesuai kebutuhan sekolah. Apakah dengan struktur tersebut kepala sekolah harus menjalankan kepemimpinannya sendirian, hanya memberikan perintah kepada orang-orang di bawahnya?

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa model kepemimpinan semacam ini cenderung tidak disukai oleh staf dan dapat menghambat potensi warga sekolah secara optimal. Oleh karena itu, konsep kepemimpinan bersama (shared leadership) memberdayakan seluruh warga sekolah untuk bekerja sama mencapai tujuan pendidikan yang lebih tinggi. 

Kepemimpinan bersama adalah pendekatan yang sangat sejalan dengan konsep kepemimpinan pembelajaran di sebuah sekolah karena menekankan pada kolaborasi dan partisipasi dari semua anggota komunitas sekolah. Kepala sekolah harus memastikan bahwa setiap anggota komunitas sekolah, mulai dari siswa, pendidik, staf administrasi, hingga orang tua dan masyarakat sekitar merasa dihargai dan berkontribusi aktif dalam proses pendidikan.

Sebagai pemimpin pembelajaran, kepala sekolah harus mampu mengadopsi pendekatan yang efektif untuk memaksimalkan potensi sekolah dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Salah satu konsep kunci yang perlu dipahami adalah perbedaan antara pendekatan berbasis aset dan pendekatan berbasis defisit.

Pendekatan dapat dikatakan sebagai cara pandang atau cara berpikir kita melihat sesuatu. Pendekatan berbasis aset dan pendekatan berbasis defisit berarti bagaimana kita memandang sumber daya sekolah, apakah dianggap sebagai aset/kekuatan atau kekurangan/masalah. Sebagai pemimpin pembelajaran, kepala sekolah harus memahami perbedaan ini dan menerapkannya dalam kepemimpinan mereka.

Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (deficit-based approach) akan memusatkan perhatian kepala sekolah pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak berfungsi dengan baik. Mereka akan mengeluhkan banyak fasilitas sekolah yang tidak berfungsi baik, buku ajar yang tidak lengkap, atau sekolah yang tidak tidak memiliki laboratorium.

Kekurangan yang dimiliki mendorong cara berpikir negatif sehingga fokus mereka adalah bagaimana mengatasi semua kekurangan atau apa yang menghalangi tercapainya kesuksesan yang ingin diraih. Semakin lama, secara tidak sadar, kepala sekolah menjadi seseorang yang tidak nyaman dan curiga yang dapat menjadikan kepala sekolah buta terhadap potensi dan peluang yang ada di sekitar.

Sebaliknya, sebagai pemimpin pembelajaran, kepala sekolah yang mengadopsi pendekatan berbasis aset akan melihat potensi dan kekuatan yang ada dalam komunitas sekolah. Mereka akan fokus pada bagaimana memanfaatkan sumber daya yang tersedia, memberdayakan  pendidik dan staf, serta mencari cara untuk mengembangkan apa yang sudah ada.

Dengan pendekatan ini, kepala sekolah dapat menciptakan lingkungan yang positif dan proaktif, di mana semua anggota komunitas sekolah bekerja sama untuk mencapai tujuan  pendidikan yang lebih baik. Pendekatan berbasis aset memungkinkan kepala sekolah untuk lebih efektif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan memberdayakan semua elemen dalam ekosistem sekolah.

Pendekatan berbasis aset (asset-based approach) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri. Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukenali hal-hal yang positif dalam kehidupan.

Dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang berjalan dengan baik, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.

5. Pendekatan berbasis aset (asset-based approach)

Dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri. Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, apa yang berjalan dengan baik, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.

Kepala sekolah yang mengadopsi pendekatan berbasis aset akan melihat potensi  dan kekuatan yang ada dalam komunitas sekolah. Mereka akan fokus pada bagaimana memanfaatkan sumber daya yang tersedia, memberdayakan pendidik dan staf, serta mencari cara untuk mengembangkan apa yang sudah ada demi sekolah yang dicita-citakan. (Red. Bahrudin2024)